askep dislokasi

Posted: October 31, 2013 in Uncategorized

Asuhan Keperawatan Pada sistem muskuloskletal dengan diagnosa   “Dislokasi”

 

Oleh :

Bukri Ardi Artana

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI S1

2013-2014

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunianya sehingga kami apat meneyelesaikan makalah kami tentang “dislokasi” dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami buat sebagai pedoman  atau panduan dalam ilmu keperwatan  bagi mahsiswa dan mahasisiwi ilmu keshatan khususnya  bagi mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu keperawatan medical bedah.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami memngharapkan banyak – banyak masukan dan saran untuk perbaikan dalam penyusunan makalah brikutnya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususya mahasiswa keperawatan.

Mataram , 28 -10-2013

 

 

Kelompok 5

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..  

Kata pengantar  ……………………………………………………………………………    ii

Lembar pengesahan  ……………………………………………………………………     iii

AFTAR ISI …………………………………………………………………………………..    iv

BAB I PENDAHULUAN                                                                           

1.1    Latar Belakang ……………………………………………………………………….    1

1.2    Tujuan

          a.    Tujuan Umum ………………………………………………………………….    2

          b.    Tujuan Khusus …………………………………………………………………    2

1.3    Manfaat ……………………………………………………………     2

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

2.1        Pengertian dislokasi………… ………………………………………………….    3

2.2        Anatomi Fisiologi………………………………………………………………..    5

2.3        Klasifikasi …………………………………………………………………………     6

2.4        Etiologi ……………………………………………………………………………..    6

2.5        Fatofisiologi………………………………………………………………………..               8

2.6        Manifestasi Klinis……………………………………………………………….     9

2.7        Tanda Dan Gejala………………………………………………………………..    9

2.8        Penataklasanaan …………………………………………………………………    9

2.9        Komplikasi ………………………………………………………………………..    10

 

BAB III KONSEP ASKEP ……………………………………………………………    11

BAB IV PENUTUP

3.1        Kesimpulan …………………………………………………………………………   21

3.2        Saran ………………………………………………………………………………….   22

DAFTAR PUSTAKA

 

   BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Dislokasi  atau luksasio adalah  kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999)  terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi,  Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.

Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

 

 

1.2 Tujuan

  1. tujuan umum

untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “dislokasi “ 

 

  1. tujuan khusus

diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran  asuhan keperawatan meliputi :

1)      mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan dislokasi 

2)      mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan dislokasi

3)      mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan dislokasi

4)      mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada dislokasi

1.3  Manfaat

  1. Manfaat Bagi mahasiswa

Agar mahsiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan muskluskletal dengan diagnosa dislokasi dengan cepat dan tanggap  dan meningkatkan potensi diri sehubungan dengan  penanggulangannya

  1. Manfaat bagi masyrakat

Agar masyarakat dapat mengethui tindakan atau  intervensi tentang dislokasi dengan cepat dan tanggap

  1. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dan menambah wawasan dalam hal pemahaman  perkembangan dan upaya  pencegahan  yang berhubungan dengan gangguan muskluskletal pada penderita dislokasi yang sebaiknya dimulai sedini mungkin

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1       Pengertian

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi sering di temukan pada orang dewasas dan jarang di temukan pada  anak –anak, biasanya klien jatuh dengan ekerasa dalam keadaan tangan out streched . bagian distal humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior .misalkan oada radius dan ulna mengalami dislokasi pada posterior oleh karna itu brakhialis yang mengalmi robekan pada proseus karanoid .

 

2.2       Antomi Fisologi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. a.      Histologi Tulang

Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis                              (Arif Musstaqin, 2008) yaitu

1)      Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.

2)      Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.

  1. b.      Komponen Penyusun Tulang

                        Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :

1)      Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang.

2)      Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3)      Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif Mustaqqin, 2008).

      Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun  kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak, matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & suddarth, 2002).

  1. c.       Fungsi Utama Tulang

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi utama yaitu :

1)      Membentuk rangka badan

2)      Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot

3)      Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru).

4)      Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam.

5)      Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).

2.3       Klasifikasi

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut

  1. Dislokasi congenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

  1. Dislokasi patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang

  1. Dislokasi traumatic.

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi :

1)      Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi

2)      Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

2.4       Etiologi

Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan. Dan biasanya disebabkan oleh :

  1. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
  2. Trauma akibat kecelakaan
  3. Trauma akibat pembedahan ortopedi
  4. Terjadi infeksi di sekitar sendi
  5. cedera olah raga

 

 

 

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2.5      

Dislokasi patela

 

Trauma pada patela

 

Patofisiologi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

patofisiologi dislokasi dan fraktur  pada daerah  patela

2.6       Manifestasi Klinis

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

  1. Nyeri
  2. perubahan kontur sendi
  3. perubahan panjang ekstremitas
  4. kehilangan mobilitas normal
  5. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
  6. deformitas
  7. kekakuan

 

2.7       Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

 

2.8       Tanda Dan Gejala

  1. Deformitas

1)        Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.

2)        Pemendekan astau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul.

3)        Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.

  1. Nyeri pada sekitaran sendi di akibatkan trauma
  2. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada dislokasi anterior bahu

2.9       Penatalaksanaan

  1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
  2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
  3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
  4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
  5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

 

2.10   Komplikasi

  1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
  2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
  3. Fraktur disloksi
    Komplikasi lanjut.

1)        Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi

2)        Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

3)        Kelemahan otot

 

 

 

BAB III

KONSEP ASKEP

  1. 1.      PENGKAJIAN
    1. a.      Anamnesis

1)      Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa yang digunakan ,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi , tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :

  • Umur , pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
  • Pekerjaan

Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri  dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll

  • Jenis kelamin

Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .

 

2)     Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri , kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan deformitas pada daerah trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode PQRS.

 

3)     Riwayat penyakit sekarang

Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas ,kecelekaan industri , dan kecelakaan lain ,seperti jatuh dari pohon atau bangunan , pengkajian yang di dapat meliputi nyeri , paralisis extermitras bawah , syok .

 

4)   Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit ,seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan ,penyakit alinnya seeperti hypertensi ,riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung , anemia , obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .

 

5)    Pengkajian Psikososial dan Spiritual

Kaji bagaimana  pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.

  1. b.        Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemekrisaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)

 

 

 

1)      Keadaan umum

Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.

2)      B3 ( brain)

–           Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis

–          Pemeriksaan fungsi selebral

Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik klien .

–          Pemeriksaan saraf kranial

–          Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah

3)      B6 (Bone)

–          Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena

–          Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan ,pembengkakakn dan deformitas

–          Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada ramus dan simfisi fubis

–          Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

  1. c.         Klasifikasi Data

1)      Data subjektif

a)        Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

b)        Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

c)        Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi

d)       Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi    

e)        Klien mengatakan sangat lemas

f)          Klien bertanya-tanya tentang keadaannya

g)        Klien mengatakan susah bergerak

2)      Data objektif

a)        Klien nampak lemas

b)        Wajah nampak meringis

c)        Keterbatasan mobilitas

d)       Skala nyeri 6 (0-10)

e)        Klien nampak cemas

  1. d.        Analisa Data

Symptom

Etiologi

Problem

DS :

   Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

   Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

   Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi    

DO :

      Wajah Nampak meringis

   Skala nyeri 5 (0-10)

      Pembengkakan local

 

           Adanya trauma

Pergeseran frakmen tulang

Terputusnya kontinuitas tulang

                  Nyeri

Nyeri

DS :

   Klien mengatakan sangat lemas

   Klien mengatakan susah bergerak

   Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi

DO :

      Klien nampak lemas

      Keterbatasan mobilitas

          Adanya trauma

 
   

 

Pergeseran frakmen tulang

 

Terputusnya kontinuitas tulang

 

  Nyeri

 
   

 

Kerusakan mobilitas fisik

Gangguan  mobilitas fisik

DS :

      Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

DO :

      Klien nampak cemas

Kurang terpaparnya informasi

 

Kurang pengetahuan

 
   

 

               Ansietas

Ansietas

 

 

  1. 2.      Diagnosa Keperawatan
    1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
    2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
    3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

 

  1. 3.      INTERVENSI

NO

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

–    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan

Rasa nyeri teratasi dengan

KH :

1.      Klien tampak tidak meringis lagi.

2.      Klien tampak rileks 

–          Kaji skala nyeri

 

 

–          Berikan posisi relakas  pada pasien

 

 

 

 

–   Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

 

–          Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan

 

–          Kolaborasi dengan dokter untuk   pemberian analgesic

–    Mengetahui intensitas nyeri.

 

 Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.

 

-Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.

Meningkatkan relaksasi pasien

 

 

 

–    Analgesic Mengurangi nyeri

 

2.

–          Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

 

–      Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

 

 

KH :

–    melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

–    menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal

–          Kaji tingkat mobilisasi pasien

 

 

–   

 

        

 

     Berikan latihan ROM

 

–    

 

 

 

 

 

    

     Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

Ø

 

      Monitor tonus otot

 

–     Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga

 

   –    Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.

 

 

–    Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi

–    Alat bantu memperingan mobilisasi pasien

 

–    

  Gar mendapatkan data yang akurat

 

–    

 

 

 

 

   Dapat membnatu pasien untuk imobilisasi

 

3.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

 

kecemasan pasien teratasi dengan KH :

1.   klien tampak rileks

2.klien tidak tampak bertanya – tanya

–    kaji tingakat ansietas klien

 

 

–  

 

      Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

 

–         

     Kaji pengetahuan Pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.

 

–  Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien

–   mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.

–  

Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien

 

–   agar perawat tau seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya

 

–  Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 4.      IMPLEMENTASI

Dilaksanakan sesuai intervensi yang telah di rencanakan

  1. 5.      EVALUIASI

Setelah dilakukan tindakan selama  1x 24 jam di harapkan pasien  :

  1. Nyeri dapat berkurang ,skala nyeri 1-3  (  dengan  kriteria skala nyeri 0-10)
  2. Pasien dapat melakuakan mobilitas secara normal 
  3. Pasien tenang , tidak terlihat cemas  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.

            Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

 

 

 

 

3.2  Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Doengoes, Mariliynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

 

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC : Jakarta

 

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.

 

Pamela L.swearingen , (2000) Keperawatan Medikal –Bedah .E/2, jakarta : egc 

 

Muttaqin.A , (2008) , Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal,Jakarta :EGC

http://www.slideshare.net/ardiartana/savedfiles?s_title=askep-dislokasi&user_login=septianraha

 

Leave a comment